Di era modern ini, bukanlah hal yang tabu bagi kita untuk menyampaikan pendapat. Bahkan, kebebasan berpendapat sudah sampai pada tahap sebebas-bebasnya. Begitu pula dalam menyampaikan kritikan. Namun, tentu kita tahu bahwa kritik adalah sesuatu hal yang jika tidak disampaikan dengan baik, maka penerima kritikan pasti akan merasa tersinggung, marah, bahkan dendam. Kemudian, muncullah anekdot. Anekdot menjadi salah satu solusi dalam menyampaikan kritikan dengan baik.
Lantas apa sebenarnya anekdot itu?
Teks anekdot merupakan teks yang berbentuk cerita, di dalamnya mengandung humor dan kritikan. Karena berisi kritik, anekdot sering kali bersumber dari kisah-kisah faktual dengan tokoh nyata yang terkenal. Teks anekdot tidak semata-mata menyediakan hal yang lucu ataupun humor, akan tetapi terdapat pula tujuan lain di balik cerita lucunya itu, yakni berupa pesan yang diharapkan bisa memberikan pelajaran kepada khalayak (Kosasih, 2014, hlm. 2)
Dengan demikian teks anekdot merupakan cerita narasi ataupun percakapan yang lucu dengan berbagi tujuan, baik hanya sekadar hiburan atau sendau gurau, sindirin, ata kritik tidak langsung. Hal-hal yang aneh dan nyeleneh dapat dijadikan humor (Setiawan, 1990), sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini berpotensi untuk dijadikan bahan lelucon.
Mengingat akan perkembangan zaman dan semakin terbukanya ruang untuk berpendapat, maka anekdot mulai diajarkan di dalam kelas. Pada mata pelajaran bahasa Indonesia, anekdot sudah dikenalkan sejak Kurikulum 2013 dan sekarang di Kurikulum Merdeka juga masih dipertahankan. Teks anekdot mengajak siswa untuk lebih peka terhadap peristiwa yang terjadi di sekitar mereka serta dapat menyikapi peristiwa tersebut dengan menyampaikan kritik lewat humor. Teks anekdot meyakinkan pada generasi muda bahwa kritik bisa disampaikan dengan cara yang lebih menyenangkan agar dapat diterima tanpa menimbulkan sakit hati. Teks anekdot juga lebih menyenangkan dipelajari bagi siswa karena bersifat humor (Firmansyah & Firmansyah, 2018).
Anekdot tidak hanya berupa teks cerita, namun pada kehidupan sehari-hari anekdot muncul dan menjadi sebuah hiburan bagi masyarakat. Salah satu contohnya adalah stand up comedy atau lawakan tunggal. Generasi muda sangat menyukai para comica, sebutan bagi orang yang melakukan lawakan tunggal. Para comica ini menjadi orang yang sangat peka terhadap kondisi terkini dan meramu kritikan disertai humor. Kritikan yang disampaikan terasa sangat segar dan menghibur, namun nyatanya juga mengandung sebuah pesan yakni kritikan. Selain lawakan tunggal, kita juga sering menemui acara televisi yang membungkus kritikan dengan humor, contohnya adalah Lapor Pak. Di acara ini, tak jarang dialognya selalu menyinggung mengenai kondisi terkini dan semakin apik karena menjadi bahan bercanda para pengisi acaranya. Bahkan potongan dialognya sering menjadi viral di beberapa media sosial.
Maraknya stand up comedy, sebenarnya juga membuka wawasan para siswa bahwa dari hasil kepekaan meramu kondisi di sekitar dengan humor, bisa menjadi salah satu mata pencaharian. Apabila ada siswa yang memiliki bakat dalam hal tersebut, bisa diasah sehingga suatu saat bisa menjadi pekerjaan yang cukup menjanjikan. Banyak comica yang akhirnya menjadi sukses. Pekerjaan ini bisa disandingkan dengan pekerja seni yang lain seperti penyanyi, aktor, model, dan lain-lain.
Manusia hidup dengan naluri kuat untuk mencari kegembiraan dan hiburan (Hendarto, 1990). Kelucuan atau humor berlaku bagi manusia normal, untuk menghibur karena hiburan merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia untuk ketahanan diri dalam proses pertahanan hidupnya (Widjaja,1983). Yang perlu digarisbawahi bahwa anekdot berbeda dengan humor atau lelucon biasa. Jika kita melihat lawakan biasa, di dalamnya tidak mengandung kritikan apapun. Sedangkan di anekdot, kita menjumpai sebuah kritikan yang ingin disampaikan.
Akhirnya, dari beberapa penjelasan di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa keterampilan menyampaikan pendapat serta kritikan perlu mengalami perubahan. Mari sampaikan kritikan tanpa menimbulkan sakit hati bagi penerimanya. Salah satunya, kita dapat menyampaikan kritikan dengan anekdot. Semakin kita mempelajari anekdot maka kita semakin menjadi orang yang terasah kepekaannya terhadap kondisi di sekitar kita, dan juga semakin mahir dan kreatif dalam menyampaikan sesuatu. Tidak hanya itu, mempelajari anekdot dengan baik juga bisa dijadikan keterampilan yang apabila diasah akan menjadi pembuka rezeki. Siswa diajak untuk mengenal profesi masa kini yang semakin beragam.
oleh: Arisa Nur Aini, S.Pd.